Marah pada anak merupakan suatu perasaan emosi yang wajar dirasakan oleh setiap orang tua, terutama saat anak melakukan kesalahan yang sulit ditolerir. Namun perlu diketahui bahwa memarahi anak saat mereka melakukan kesalahan bukanlah cara yang tepat untuk membuat anak menyadari kesalahan dan tidak melakukan kesalahan yang sama.

 

Menurut seorang psikolog Anna Surti Arianti, luapan emosi orang tua pada anak dapat berdampak langsung pada psikologis anak. Dalam jangka waktu pendek dan dampak ringan anak mungkin akan merasa kesal dan marah. Namun jika hubungan orang tua dengan anak buruk maka bisa saja membuat anak trauma di kemudian hari, sehingga membuat anak takut dengan orang tua dan menimbulkan dampak negatif lainnya. 

 

Untuk menghindari berbagai dampak buruk jangka panjang. Orang tua perlu mengontrol kemarahan pada anak. Hindari mengatakan kalimat – kalimat yang dapat berdampak buruk pada psikologis anak.

jangan marah pada anak

“You disappoint me!” (kamu mengecewakan Ayah/Bunda)

Kalimat ini dapat menjatuhkan mental anak karena kata mengecewakan cenderung hanya menyalahkan kekurangan anak bukan melihat kesalahan yang dilakukan. Hal ini jika diucapkan berulang – ulang dapat membuat anak merasa rendah diri karena merasa dirinya terus mengecewakan orang lain dan akan melekat pada dirinya seiring dia tumbuh dewasa.

 

“You’re a naughty boy, I won’t love you anymore!” (Kamu anak nakal, Ayah/Bunda tidak mau menyayangimu lagi!)

Sebesar apapun kesalahan anak, orang tua jangan sampai mengatakan tidak akan menyayangi anak lagi. Kalimat itu memang mampu untuk langsung memberi gertakan pada anak. Namun setelahnya anak akan kehilangan kepercayaan pada orang tua karena menganggap sudah tidak disayangi lagi. Padahal untuk anak hal yang sangat berarti dan diharapkan selalu ada adalah terus mendapat kasih sayang yang tulus dari orang tuanya.

 

“You burn me up!” (kamu sungguh membuat Ayah/Bunda marah!)

Bukankah kurang bijak jika anak harus disalahkan atas emosi yang dirasakan orang tua, walaupun mungkin ada kesalahan anak yang menjadi salah satu pemicu hilangnya kesabaran. Orang tua harus bisa mengendalikan diri dengan memiliki kontrol emosi  diri yang baik. Menyalahkan anak atas emosi diri berpotensi dapat ditiru anak ketika dewasa. Anak akan merasa tidak masalah jika menyalahkan orang lain karena emosi diri. Lebih baik fokuslah pada kesalahan anak, katakan pada anak tentang kesalahan yang dilakukannya agar anak dapat menyadari bahwa yang sudah dilakukannya itu buruk.

 

“Stop sniveling like that!” (Berhenti cengeng kaya gitu!)

Pada dasarnya menangis bukanlah suatu perilaku yang buruk. Menangis biasanya dilakukan untuk menumpahkan kekesalan dan emosi pada dirinya. Jika orang tua mengatakan untuk berhenti menangis maka dapat membuat anak berpikir bahwa menangis adalah hal yang tidak patut untuk dilakukan. Jika itu terus diucapkan maka anak akan menjadi pribadi yang tertutup sehingga tidak bisa untuk mengekspresikan perasaannya.

 

“Why can’t you be smart like your brother!” (Kenapa kamu tidak sepintar kakakmu)

Membandingkan kemampuan anak dengan anak yang lain bukanlah sesuatu yang baik walaupun keduanya merupakan saudara kandung. Setiap anak dibekali dengan kemampuan yang berbeda – beda. Membandingkan hanya akan menumbuhkan rasa iri yang nantinya dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar saudara kandung, tak menutup kemungkinan pula anak juga akan menyimpan kebencian dalam benak mereka. 

 

Itulah beberapa kalimat marah yang harus dihindari oleh orang tua. Jika orang tua sudah terlanjur marah maka jangan ragu untuk segera minta maaf pada anak. Cobalah untuk selalu menggunakan kalimat yang baik untuk menasehati anak saat anak melakukan suatu kesalahan dan berikan pujian saat anak melakukan sesuatu yang baik, agar hubungan harmonis antara orang tua dan anak dapat terus terjalin.

 

Baca juga: Hal sederhana yang perlu diperhatikan Orangtua agar Anak mudah belajar Bahasa Inggris 

error: Content is protected !!